(Serial My Love Affair With Food)
Aku tumbuh dengan mempercayai bahwa dunia masakan - makanan adalah teritori perempuan. Dan dewa dapur adalah dewi, alias perempuan.
Ibuku, contohnya, kupikir salah satu titisan dewi tersebut. Meskipun selesai sekolah hukum, selain banyak bakat lainnya, ibu juga terkenal di kalangan yang mencintainya untuk magicnya di dapur. Menggunakan timbangan, gelas ukur, sendok takar, termometer dan timer - beliau menciptakan berbagai kue mueh lezat. Kami tumbuh besar di kota2 minyak - Sungai Gerong, Lirik, Pendopo (Sumsel), Dumai, Duri, Rumbai (Riau), Sanga-Sanga (Kalimantan). Di sini tidak ada bakery, jajanan dan restoran terbatas, hanya menyediakan hamburger, kentang goreng dan masakan Amerika lainnya. Kalau mau makan enak harus pergi keluar kompleks. Maka terasahlah ketrampilan kuliner para ibu di sini. Walaupun terpencil, acara sosial ibu-ibu ini padat - mulai dari coffee morning, kegiatan Women's Club, kanasta, belum lagi harus menghibur keluarganya dengan macam-macam penganan. Intinya, para ibu ini saling menghibur dan mengandalkan satu sama lain. Begitu juga dalam hal resep. Di buku resep ibu selalu ada catatan kecil; resep Lorry, Wolly dsb. Nama-nama teman ibu tentunya. Aku pernah menyimpan buku kumpulan resep "Duri Women's Club" terbitan tahun 70 an akhir. Di setiap resep tertulis nama kontributornya.
♥♥♥
Mmmmmm.... Menggiurkan bukan? |
♥♥♥
Halaman yang menyirami imajiku, dan mencetus cintaku akan kuliner |
"Tolong ambilkan buku coklat mami".... Instruksi ini kami semua sudah hafal dan paham. Bukan buku tentang coklat, tapi yang covernya dari karton tebal warna coklat (sekarang buku jenis ini tak keluar lagi). Di dalamnya ada gambar-gambar sketsa kue yang diwarnai pakai pensil kelir, ada juga yang berupa potongan gambar majalah. Betapa gambar-gambar ini telah memberikan aku kesenangan hanya dengan memandanginya waktu aku kecil dulu. Salah satunya berupa kue berselaput krem yang ditancapi pohon miniatur berupa ranting. Lalu digantungi macam-macam lolipop dan permen.
Kue Tart Boneka |
Dan sungguh, kue ini akhirnya diwujudkan pada salah satu ulang tahunku. Di mataku kue ini semakin magical karena batangnya yang dari perak. Well, bukan sungguhan sih. Oleh ibuku ranting-ranting ini dibalut kertas aluminium, sehingga berkilau-kilau magis.
Guratan kelir warna oleh ibu di atas buku resep berupa boneka dengan rok dari kue tart ini juga dengan tongkat ajaib ibuku hadir beberapa kali dalam keluarga kami. Lintas generasi bahkan. Bukan hanya aku dan adik-adik yang pernah dengan bangga meniup lilin yang ditancapkan ke rok kue princess ini. Anakku dan keponakan2ku juga mendapat kebahagiaan yang sama. Barusan aku menunjukkan gambar ini ke anakku. Ia bilang, "Iya ingat, ma, Ajeng punya warna pink. Dianti dapat yang ungu".
Aku bisa tak habis-habis bercerita tentang buku coklat tua yang halamannya menguning-coklat itu. Bukan hanya karena usianya, tapi juga jejak cipratan telur, coklat bubuk, gula halus, mentega, minyak.... Beberapa halaman harus 'memar' karena harus dipisah dengan paksa dengan lainnya karena melekat. Ada juga halaman yang sudah membeku garing karena zat-zat yang tak seharusnya menempel malah bersenyawa, membuatnya berderuk-deruk ketika dibalik.
Salah satu adikku, Emmy, bilang: "Mana mbak, buku coklat itu, biar aku scan lembar-lembarnya". Belum jadi kuberikan, sekarang sedang ada di tanganku. Aku bahkan punya ide lebih aneh lagi.... Dilaminating setiap lembar !! Tidak terlalu outrageous juga sih ide kami ini, mengingat betapa banyak kebahagiaan yang diberikan ibu dibantu catatan-catatan di lembaran berharga ini.
Akhir-akhir ini, seperti yang kukatakan di atas, buku ini lebih sering menganggur. Bukan berarti ibu berhenti menyenang-nyenangkan hati kami-kami. Waah, jauh !! Menunjukkan cinta lewat perut itu sudah jadi moto keluarga kami. Hanya saja sekarang menggunakan e-resep lewat e-buku masakan, alias lembar-lembar internet. (Beberapa hari lalu aku baru bertelponan dengan ibu. Beliau baru mencoba resep baru somay. Dari mana mam? tanyaku. "Dari google nak", jawab ibuku. Mom, you have come a loooong way... Hehehe).
Di bawah ini adalah satu kreasi terakhir ibuku. Satu hari beliau dikirimi berkilo-kilo telo ungu (dari teman keluarga) dan mangga masak puun (dari yours truly, yana). Karena di rumah hanya ada ibu dan adikku Dina berdua saja, kedua bahan tadi terasa berkelimpahan. Oleh ibu diolah menjadi es krim . Di bawah ini resep yang beliau modifikasi dari resep van internet:
Jakarta 8 Desember 2012
♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥
Note: * Mia madre = my mother = ibu saya
♥♥♥
Akhir-akhir ini, seperti yang kukatakan di atas, buku ini lebih sering menganggur. Bukan berarti ibu berhenti menyenang-nyenangkan hati kami-kami. Waah, jauh !! Menunjukkan cinta lewat perut itu sudah jadi moto keluarga kami. Hanya saja sekarang menggunakan e-resep lewat e-buku masakan, alias lembar-lembar internet. (Beberapa hari lalu aku baru bertelponan dengan ibu. Beliau baru mencoba resep baru somay. Dari mana mam? tanyaku. "Dari google nak", jawab ibuku. Mom, you have come a loooong way... Hehehe).
Di bawah ini adalah satu kreasi terakhir ibuku. Satu hari beliau dikirimi berkilo-kilo telo ungu (dari teman keluarga) dan mangga masak puun (dari yours truly, yana). Karena di rumah hanya ada ibu dan adikku Dina berdua saja, kedua bahan tadi terasa berkelimpahan. Oleh ibu diolah menjadi es krim . Di bawah ini resep yang beliau modifikasi dari resep van internet:
Es Krim Mangga
1 cup whipping cream
1 cup susu
1 biji mangga diblender
gula semanisnya.
Semua bahan dicampur dengan food processor atau blender. Bekukan dalam kotak plastik.
(Variasi Es Krim Telo Ungu, sama seperti resep di atas,
hanya saja mangga diganti telo ungu dikukus dan dihaluskan.)
♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥ ♥♥♥
Note: * Mia madre = my mother = ibu saya
No comments:
Post a Comment