"Jangan lihat harganya, lihat artinya", sering kudengar kata2 ini mengiringi pemberian hadiah.
Hari ini aku kegirangan dapat hadiah istimewa, dan kata2 tadi terngiang kembali. Wah, susah juga - bukan saja artinya cukup besar, hadiah ini juga tak ternilai - priceless. Karena memang tidak ada yang jual.
Apa gerangan? Segenggam buah kersen.
@@@
Buah kersen berbentuk bundar kecil, yang masak berwarna merah seperti berry. Pohonnya sedang tingginya dengan juntaian dahan serta daun yang membentuk payung (lihat gambar). Di masa kecilku di kota2 minyak Sumatra, pohon ini terdapat di mana-mana. Jika kesulitan melacak keberadaanku, cari saja di pohon2 kersen. Biasanya aku sedang ter'sangkut' di antara dedahanan, menikmati buah kecil yang sebenarnya diminati burung ini, dengan kaki terjuntai yang diayun-ayun senang. (Sering tak langsung pulang dari sekolah, mencari kersen. "Harga" yang harus kubayar adalah disetrap ayahku).
Di Jakarta pohon kersen biasa kutemukan di pelataran parkir - kurasa mereka ditanam dengan alasan mudah tumbuh membesar dan rindang. Pohon kersen disini kuamati jarang berbuah sampai merah. Apakah persaingan di dunia perburungan begitu sengit (karena tak ada banyak pilihan di belantara beton ini), atau karena polusi? Wah, aku bukan ahli tanaman, jadi hanya bisa menebak-nebak.
Yang jelas terlihat mata orang2 di sekitarku adalah Yana yang kontan hilang jaim begitu lihat pohon kersen. Seperti seketika tersihir, dengan malu-maluinnya aku akan menyempatkan diri berburu buahnya. Bagian paling seru adalah menemukan butiran yang ranum menggiurkan di atas, namun jauh dari jangkauan. Maka yang dilakukan adalah menarik ranting yang terhubung sejauh2nya ke bawah, sampai buah dapat diraih. Namun selama ini aku tak pernah sukses memanen lebih dari lima butir.
Terbayang kan, senangnya menerima hadiah segenggam kersen ini? (telah kuhitung, tepatnya ada 25 buah !!!). Mau beli dimana coba?
@@@
Orang yang memberiku kersen ini, melakukannya dalam kesederhanaannya. Pak Noval, pengemudi setia kami yang lugu dan baik hati, menyodorkan seplastik buah seperti beri ini dengan keterangan bersahaja: " Di Depok waktu nungguin Ajeng, saya petikin aja bu, karena pohonnya banyak. Teman saya ada yang dapat satu botol aqua kecil".
Terimakasih ya Pak Noval. Besok waktu mengantar Ajeng kuliah lagi, bawa botol aqua yang rada gede ya? (nglunjak...hehe)
P.S: Info lebih dalam mengenai kersen yang ternyata banyak terdapat di seluruh dunia mulai dari Asia sampai Amerika Selatan ini, ada di link ini :
http://
(dari sini baru tahu bahwa di Meksiko dijual dalam jumlah besar, di Srilangka dibuat selai/jam.... Hmm, aku tahu jalan karirku selanjutnya.... berkebun pohon kersen !
No comments:
Post a Comment