Friday, May 31, 2013
"Ubel-Ubel"
Ibu ramah penjual jajanan khas Bali -pisang rai- yang mangkal di bawah pohon ini kujumpai di jalan masuk ke arah Tanah Lot, Bali (Foto kuambil tahun 2009). Pisang rai dibuat dari tepung beras disuji hijau, diisi pisang dan setelah matang direbus, digulingkan dalam kelapa parut.
Setiap kali kulihat foto ini, senyumku tak bisa tertahan. Aku terkagum-kagum memikirkan betapa warna Indonesia terpelihara lebih kuat di tataran masyarakat yang relatif lebih sederhana ini, para bakul, mbak berjualan jamu dan tentunya termasuk sang ibu penjaja pisang rai ini.
Tapi yang membuat senyumku lebih tambah lebar, dari pipi ke pipi, adalah kenangan yang ditrigger oleh imaji "ubel-ubel" - kain di kepala sang ibu penjual pisang rai.
Kok bisa? Begini ceritanya.
@@@
Di satu tahun awal 2000-an, aku sedang naik angkot antara pasar Ubud ke Sanggingan. Angkutan berbentuk Colt (L 200? ) cukup besar, dimodifikasi menyerupai bis mini. Deretan kursi semua menghadap depan. Saat itu, angkot di Ubud tidak begitu banyak, tapi masih ada melayani rute ini. Jalananpun masih belum ramai macet seperti sekarang.
Aku duduk diapit tumpukan sayur, janur, salak, buah-buahan bakal sesajen dst. Ibu sebelahku mengangkut ayam yang disimpan dalam keranjang khusus penyimpan ayam (berbentuk agak gepeng bisa dirapatkan dengan bukaan di satu sisi agar sang ayam dapat mengeluarkan kepalanya). Karena si ibu duduk dekat jendela, maka penumpang unggas ini diletakkan dekat kakiku. Semua jendela dibuka lebar-lebar. Udara Ubud yang tahun2 itu masih segar, masuk leluasa ke dalam bis mini, mencampurkan rupa-rupa bau sebelum terbang lagi keluar jendela.
Tak lama bis berjalan, ibu di sebelahku tadi berteriak. Aku tak paham karena dalam bahasa Bali. Yang jelas bis mengerem dengan segera, sang ibu turun dari bis, disusul ledakan tawa seisi bis. Teman perjalanannya, si ayam dan belanjaan lain, ditinggalkannya dalam penjagaanku. Pak supir tertawa paling keras, namun bis tetap dibiarkan berhenti. Kelihatannya menunggu ibu tadi.
Aku celingak celinguk kiri kanan, mencari tahu apa yang membuat geli penumpang lain. Tapi tak ada yang dapat menjelaskan karena sibuk tertawa (selain banyak juga yang tidak berbahasa Indonesia dengan fasih).
Tak lama si ibu naik lagi dan misteri terjawab. Ia tersipu-sipu sambil menenteng.... ubel-ubel kain kepalanya !! Oooh, rupanya bukan saja angin Ubud yang leluasa keluar masuk jendela, tapi juga sang buntalan kain penutup kepala si ibu.
Ya ampyuun. Aku ngakak belakangan. Dan segera disusul gelak geli si ibu begitu rasa malunya reda.
~~~~~~~~~~~~~~
Selamat Merayakan INDONESIA
Jumat,19 April 2013
*) Ubel-ubel: istilahku untuk kain yang dililitkan di kepala seperti yang dilakukan ibu di gambar ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment