"Say it with flowers"... Di keluargaku pomeo ini berbunyi berbeda:
utarakan cintamu dengan.... makanan ! Mungkin itu menjelaskan kenapa
begitu meninggalkan masa remaja aku segera 'terpeleset" masuk dalam
kategori molijg, plump, berisi atau (aaah, berat mengucapkannya)...gemuk
! Naik ke atas timbangan selalu jadi pengalaman menegangkan.
Aku ingin menyalahkan orangtuaku untuk habit makan ini. Tapi tidak
sanggup, karena kebahagiaan di baliknya jauh mengimbangi dampaknya
terhadap lingkar pinggang.
Waktu aku dan adik-adik masih kuliah
di Jawa, orang tuaku (yang tinggal di kota di Sumatera) dengan teganya
minta tolong secara berkala kepada teman-temannya yang dinas ke Jakarta
untuk menenteng berkilo-kilo buah tangan buat anak-anaknya. Ketiga
saudaraku mendapat bingkisan yang identik dengan yang kuperoleh. Aku
curiga bahwa agar sama rata, setiap paket ditimbang supaya adil .
Makanan ini semua buatan tangan ibuku, chicken kiev (ayam diolah ala
rusia, diisi mentega bumbu), udang galah sebesar-besar lengan bayi sudah
dibumbui dan digoreng, rendang, dan macam-macam lainnya. Ayahku, yang
doyan masak, juga tak mau kalah. Beliau akan mengirimkan kue gulung atau
lapis legit yang ia buat sendiri. (Aku masih bisa membayangkan almarhum
ayahku di dapur, bertaburan panci2 serta wadah2 kotor, berantakan.
Cipratan kocokan telur biasanya hinggap di tembok, di pintu lemari
dapur. Di dapur, keteraturan logisnya sebagai dokter medis, tak bersisa.
Panik, kurasa, di luar zona nyamannya.).
@@@
Setelah
aku dewasa, bingkisan cinta dari jangkar kekuatanku di Bogor tak juga
berhenti. Bermacam-macam penganan, baik buatan ibu maupun dibeli jadi,
secara rutin menyeberangi tol dan mendarat di meja makanku. Bedanya,
jika zaman dulu kami mendapat kiriman identik, di era ini setiap paket
unik isinya. Apakah ibuku menerapkan policy berbeda? Tidak juga, tetap
adil, karena disesuaikan dengan kegemaran penerima.
Memilihkan
bingkisan yang sesuai dengan selera penerima sebenarnya keahlian adikku
nomor dua, Dina, yang sekarang tinggal bersama Ibu di Bogor. Ia hafal
semua favorit seluruh anggota keluarga, ibu, tante, saudara2, sepupu,
keponakan2. Jika isi paket bukan berupa masakan ibu, maka Dina mendapat
tugas luar, logistik, pergi ke toko membeli penganan buat bingkisan.
Satu ketika aku akan memperoleh asem kering thailand yang lengkap dengan
batangnya, satu hari lagi, buah keranji yang susah diperoleh. Pernah
aku dikirimi buah kemang yang sudah sulit dicari. Dan karena aku
tertarik pada kuliner, kiriman dari Bogor mencerminkan perkembangan
inovasi warga Bogor dalam hal makanan.
@@@
Semalam aku
kembali dihadiahi oleh-oleh dari Bogor. Melihat kotak pembungkusnya,
aku penasaran, begitu banyaknya jenis lapis di Indonesia (ada lapis
Surabaya, ada Mandarin di Semarang, di Medan lapis di sepanjang jalan
Mojopahit juga pantas bertanding). Bagaimana lagi Bogor bisa menjagokan
lapisnya? Pagi ini, kopiku ditemani sepotong lapis Bogor yang semalam
belum sempat aku iris. Segera aku yakin, ini bisa jadi primadona baru
bersama makaroni panggang, roti unyil, Pia apple pie dkk. Kenapa?
Ternyata dibuat dari ketela ungu !!! Ketela kan khas Bogor.....
Kereeeen.
(Btw., aku minta tolong anakku untuk menyembunyikan
kue ini, supaya aku tak tergoda menghabiskannya beberapa potong
sekaligus. Bahayaaa....)
@@@
Matur nuwun Dina, Mami, pasokan energi cintanya. Cukup buat amunisi sebulan ke depan. hehehe.... Love you so much...
Keterangan gambar, beragam buah tangan tanda sayang dari Bogor:
Kiri atas: Beberapa bulan lalu aku dikirimi asinan. No, ini bukan
asinan kedung dalam. Aku tak tahu my sister beli dimana, yang jelas amat
istimewa, karena dilengkapi dengan oncom bakar dan secuil jambal (gabus
asin). Pangkal bawang mudanya juga kriuk-kriuk bau langu tapi menambah
selera.
Kanan atas: Lapis Bogor berwarna ungu kuning,
mengandung campuran telo ungu dan bertabur keju serut. Kemasannya
memantulkan kombinasi warna yang sama.
Kanan bawah: Tapi ketan
hijau dipulung seperti kelereng oversized, ini khas Banjarmasin. Dibeli
Dina di warung Soto Banjar Khatulistiwa di jalan Pajajaran, Bogor. Rasa
dan aromanya berbeda dengan yang dari Kuningan dan dijual dalam stoples
kecil, bukan dibungkus daun jambu.
Kiri bawah: Ikan mas balita
goreng renyah, bertrade mark "Ikan Danau Goreng". Bogor adalah bagian
dari tanah Priangan, dan saung makan di daerah ini kondang banget dengan
ikan mas, baik yang balita, remaja, kanula (ikan usia lanjut).
Jakarta, 11 April 2013 —
No comments:
Post a Comment