Sunday, June 2, 2013

DEDAUNAN TURUN DAUN?


Di tengah kepungan naik daunnya kue Londo : red velvet cake, rainbow cake, macaroons, dst., aku senang sekali menemukan suatu resort dekat Bogor yang konsisten dengan kue dan penganan tradisional untuk sajian rehat kopinya.


Upaya yang perlu dihargai, karena mereka juga menampilkan jajanan yang sering tak kita lihat lagi, seperti urap singkong, bubur cenil dkk.

Sayangnya saat akan dibawa pulang, wadah meletakkan kue mueh tersebut berupa styrofoam dan dialas.............kertas aluminium !! Ironis juga ya, di negara dimana dedaunan melimpah, kita memilih kemasan yang diolah secara fabrikan, tak biodegradable, meninggalkan jejak karbon, dan banyak hal lain yang tak sustainable.

Kenapa dedaunan kita malah turun daun ya?

Di Asia, segala jenis daun sering difungsikan untuk membungkus, menjadi alas makan atau terlibat dalam proses memasak (seperti ikan bakar di Banjarmasin yang dialasi daun kelapa di atas arang, tapi tak ikut "naik" ke meja makan. Fungsinya hanya semata saat proses pembakaran).

Foto-foto yang aku tunjukkan ini hanya sedikit contoh dari betapa inovatifnya bangsa kita berkreasi dengan dedaunan : daun jambu untuk tape hijau Kuningan, daun kelapa untuk kue "lolos" atau ketupat, daun jati buat bungkus nasi, daun pandan buat takir, daun bambu buat bungkus bacang .... Dan of course, the ever versatile daun pisang.......................

Aku akan mencoba untuk menulis ulang posting-an ini... Sekarang sedang dikejar deadline pekerjaan (aaaagggh... tidak menarik). But in the meantime.... Selamat menikmati weekend....


No comments:

Post a Comment