Monday, June 3, 2013

LUKISAN "SANGA-SANGA" IBU





Ini lukisan ibuku. Sungai di dalam gambar melintasi kota kecil minyak ex Tesoro, Sanga-Sanga, Kalimantan Timur, tempat ayah berdinas setelah pensiun (pertama).



Dibuat akhir tahun 90 an, almarhum ayah juga melukis obyek yang persis sama dengan cat air.

Lukisan dibuat dengan cat minyak di atas ...... triplex tipis!!! Tinggal di kota terpencil Sanga-Sanga, membuat orang tuaku tak mudah menemukan canvas. Aku bayangkan hasilnya bisa lebih bagus lagi di atas canvas, karena setelah berusia lebih 15 tahun, lukisan bergelombang, memuai mengerut kena panas dan dingin.

Tapi bagi kami tentu saja selalu indah. Seindah kenangan sepenggal perjalanan ayah ibuku, 'singgah' menjalani kehidupan beberapa tahun di Sanga-Sanga. Aku mengunjungi mereka di kota kecil di hutan Kalimantan ini bersama Ajeng, suatu tahun, ketika ia masih gadis 3 tahun. Aku ingat bagaimana kecilnya dan sedikitnya penduduk di kota ini. Tapi yang aku lebih ingat adalah betapa damai, bersukacita, baik hati dan tulusnya Sanga-Sanga. 

Aku rindu masa-masa itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
My Mom's Painting of Sanga-Sanga.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Here is my mom’s paiting, untitled. At the time she painted this, my parents lived in Sanga-Sanga, a small oil town –ex Tesoro- right beside the river (depicted in the painting), where my father worked after his (first) retirement from previous company. 

Created in the later part of the nineties, my late father also painted the very same object with water color.

My mom’s painting was oil on...... three ply thin wood (we call it tripleks) !!! Living in a remote town such as Sanga-Sanga made it difficult for my parents to find proper canvas. I can imagine how the result could have been much better had it been painted on canvas. Now, after more than 15 years, the surface is not even,as it is shrunk or expanded by cold , humid or hot weather.

For us, though, the painting is and will always be beautiful. As wonderful as the memory of those years spent by my parents in that small town of Sanga-Sanga. I visited my parents there with Ajeng when she was only 3 years old, and stayed for months. I remember how this town in the Kalimantan forest was so tiny and scarcely populated. But what I remember the most were it’s serenity, warmth, kindness and sincerity. 

I miss those times.



_____________________

4 comments:

  1. Tipco 2 dan Tipco 3, kalau yg besar namanya Alezandro ( anak mr. Gomes )

    ReplyDelete
  2. Waktu kita hampir bersamaan, dan besar kemungkinan kita pernah ada di satu tempat yg sama dimasa kecil di sanga2, prediksi dari nama adalah anak dari Dr. Arsadi ya?

    ReplyDelete
  3. Lagi kecil ayah aku (Arbiansyah) yang bawa dan drivernya,dan klo ke samarinda sering naik speed boat tersebut yang terbuat dari kayu plywood ... sekarang tinggal kenangan

    ReplyDelete
  4. Dan hal yang paling saya ingat dan tak terlupakan waktu berobat keklinik tesoro/ekspan pak dokternya beliau Almh pak Arsyadi.
    Mba Yana salam buat Mba Ajeng ya dari Albar Najir, dulu dia sempat berteman dengan Albar adikku Albar Najir (anak bpk Arbiansyah)....

    ReplyDelete