Tuesday, June 4, 2013

PANTAS MASUK TAMAN JURASSIC?

”No good writing can be produced from a connected desk (tak ada tulisan bagus yang dapat tercipta dari atas meja yang tersambung (ke dunia cyber)".
Ini adalah ucapan Cate Kennedy, penulis buku award winning “The World Beneath” saat saya menghadiri acara bedah bukunya di Ubud Writer’s Festival, Oktober lalu. (Mengenai event ini, akan saya ceritakan di tulisan terpisah).
Saat itu ucapan Cate masuk akal. Apalagi diteruskannya dengan: "Tulisan yang baik dihasilkan dari jam-jam merenung dan orat-oret di pojok ruangan". Hmmm… iya juga ya?  Argumen yang diutarakan Cate adalah bahwa fokus penulis bisa teralihkan dengan menelusuri dunia cyber tanpa terbendung.  Melihat reputasi Cate, dengan deretan buku larisnya, dengan pembawaannya yang karismatik, susah untuk tidak menyetujui hipotesisnya di atas :  penulis tak perlu internet, atau dengan kata lain, teknologi.
Beberapa waktu belakangan ini saya mulai ragu apakah saya masih sependapat dengan Cate. Jenar Mahesa Ayu, penulis yang benar ayu itu, menghabiskan malam-malam penciptaan berbagai novel dan cerpennya di teras Coffeewar, Kemang Timur. Wifi menghubungkannya ke bendungan informasi lewat berbagai pintu, google, dan mesin pencari lain.
Di tempat yang sama minggu lalu, saya menyaksikan kejadian yang makin membuat saya ragu, apa iya penulis kreatif  saat menulis sebaiknya tidak terhubung ke dunia maya? 
Saat itu saya menemani anak mengerjakan tugas jurnalistik kelompoknya. Hasil akhirnya tak dapat dikatakan tulisan bergenre kreatif,seperti karya seniman teman2 Mahesa Ayu di kafe ini.  Tetapi saya berani tanding panco dengan siapa saja yang mengatakan bahwa proses penulisannya tidak kreatif.. Begitu kreatifnya sampai-sampai melibatkan paling tidak tujuh wahana berteknologi.
Di bawah ini saya mencoba menvisualisasikan kerepotan Ajeng , anak saya, dalam mengerjakan laporannya yang dihadang deadline tersebut.
Di layar laptop (perangkat pertama), terbuka halaman facebook (wahana kedua) dimana Ajeng terhubung dengan teman2nya satu kelompok melalui chat room (tool ketiga). Inbox facebook dipakai untuk mengirimkan kepingan2 pekerjaan yang digarap oleh anggota kelompok berbeda (tool keempat). Email juga diberdayakan untuk menampung hasil wawancara yang direkam lewat video (tool kelima dan keenam). Sambil merakit potongan2 dan menyelesaikan bagiannya sendiri, Ajeng memonitor proses pengkoleksian bahan ini lewat blackberry messangernya (tool ketujuh)…..
Saya tercengang-cengang melihat Ajeng dengan gesit berakrobat men”juggle” ketujuh wahana berteknologi ini untuk mengalahkan deadline yang semakin merapat.
Tiba-tiba saya merasa sama usangnya  (dan pantas punah) dengan dinosaurus beserta keluarga besarnya.
Tepat di saat yang sama saya sedang menggarap satu tulisan bersama dengan rekan kerja. Ia minta tolong agar lembar draft yang kami oret-oret pada pertemuan sebelumnya dikirimkan kepadanya yang sedang berada di luar kota.
Buah pikiran kami yg jadi landasan tulisan tersebut kukirimkanlah lewat…. sebelas potong SMS !!!  Percaya ga sih?  Tidak email, tidak pesan BB, tidak pula berupa hasi scanning. Saya dan rekan saya itu memang perlu diafkirkan ke Jurrasic Park,  saking tertinggalnya dalam hal kegapean teknologi.  SMS – yang benar saja !. S udahlah  memakan waktu, tidak tepat guna dan rentan terhadap kesalahan pula.  Sejam lebih  saya tertatih-tatih mengetik kalimat demi kalimat dalam frame sms yang kecil-kecil itu.  Jika Ajeng ada dalam posisiku, pekerjaan sesederhana ini sudah diselesaikannya dalam waktu jauh lebih singkat.
Memandang Ajeng malam itu saya  diam-diam tersenyum. Suatu keyakinan merambat di hatiku bahwa Insyaallah di masa depan Indonesia akan lebih mantab (pakai “B” bukan “F”) jalannya karena  digiring oleh generasi yang amat gaptek (baca :  GAPE  teknologi).
Dan sementara menunggu masa depan, siapa bilang orangtua tidak bisa belajar dari anaknya agar dapat menguasai teknologi dengan lebih baik?  Seperti saya, yang minggu  ini lebih TangTek (tanggap teknologi) dibanding kemarin-kemarin. Thanks to Ajeng.
P/S: Cate Kennedy seumuran saya. Tak heran ia  tidak canggih teknologi…..

No comments:

Post a Comment