Monday, June 3, 2013

I LOVE YOU = I FEED YOU


"Say it with flowers"... Di keluargaku pomeo ini berbunyi berbeda: utarakan cintamu dengan.... makanan ! Mungkin itu menjelaskan kenapa begitu meninggalkan masa remaja aku segera 'terpeleset" masuk dalam kategori molijg, plump, berisi atau (aaah, berat mengucapkannya)...gemuk ! Naik ke atas timbangan selalu jadi pengalaman menegangkan.


Aku ingin menyalahkan orangtuaku untuk habit makan ini. Tapi tidak sanggup, karena kebahagiaan di baliknya jauh mengimbangi dampaknya terhadap lingkar pinggang.

Waktu aku dan adik-adik masih kuliah di Jawa, orang tuaku (yang tinggal di kota di Sumatera) dengan teganya minta tolong secara berkala kepada teman-temannya yang dinas ke Jakarta untuk menenteng berkilo-kilo buah tangan buat anak-anaknya. Ketiga saudaraku mendapat bingkisan yang identik dengan yang kuperoleh. Aku curiga bahwa agar sama rata, setiap paket ditimbang supaya adil

Makanan ini semua buatan tangan ibuku, chicken kiev (ayam diolah ala rusia, diisi mentega bumbu), udang galah sebesar-besar lengan bayi sudah dibumbui dan digoreng, rendang, dan macam-macam lainnya. Ayahku, yang doyan masak, juga tak mau kalah. Beliau akan mengirimkan kue gulung atau lapis legit yang ia buat sendiri. (Aku masih bisa membayangkan almarhum ayahku di dapur, bertaburan panci2 serta wadah2 kotor, berantakan. Cipratan kocokan telur biasanya hinggap di tembok, di pintu lemari dapur. Di dapur, keteraturan logisnya sebagai dokter medis, tak bersisa. Panik, kurasa, di luar zona nyamannya.).

@@@

Setelah aku dewasa, bingkisan cinta dari jangkar kekuatanku di Bogor tak juga berhenti. Bermacam-macam penganan, baik buatan ibu maupun dibeli jadi, secara rutin menyeberangi tol dan mendarat di meja makanku. Bedanya, jika zaman dulu kami mendapat kiriman identik, di era ini setiap paket unik isinya. Apakah ibuku menerapkan policy berbeda? Tidak juga, tetap adil, karena disesuaikan dengan kegemaran penerima.

Memilihkan bingkisan yang sesuai dengan selera penerima sebenarnya keahlian adikku nomor dua, Dina, yang sekarang tinggal bersama Ibu di Bogor. Ia hafal semua favorit seluruh anggota keluarga, ibu, tante, saudara2, sepupu, keponakan2. Jika isi paket bukan berupa masakan ibu, maka Dina mendapat tugas luar, logistik, pergi ke toko membeli penganan buat bingkisan. Satu ketika aku akan memperoleh asem kering thailand yang lengkap dengan batangnya, satu hari lagi, buah keranji yang susah diperoleh. Pernah aku dikirimi buah kemang yang sudah sulit dicari. Dan karena aku tertarik pada kuliner, kiriman dari Bogor mencerminkan perkembangan inovasi warga Bogor dalam hal makanan.

@@@

Semalam aku kembali dihadiahi oleh-oleh dari Bogor. Melihat kotak pembungkusnya, aku penasaran, begitu banyaknya jenis lapis di Indonesia (ada lapis Surabaya, ada Mandarin di Semarang, di Medan lapis di sepanjang jalan Mojopahit juga pantas bertanding). Bagaimana lagi Bogor bisa menjagokan lapisnya? Pagi ini, kopiku ditemani sepotong lapis Bogor yang semalam belum sempat aku iris. Segera aku yakin, ini bisa jadi primadona baru bersama makaroni panggang, roti unyil, Pia apple pie dkk. Kenapa? Ternyata dibuat dari ketela ungu !!! Ketela kan khas Bogor..... Kereeeen. 

(Btw., aku minta tolong anakku untuk menyembunyikan kue ini, supaya aku tak tergoda menghabiskannya beberapa potong sekaligus. Bahayaaa....)

@@@

Matur nuwun Dina, Mami, pasokan energi cintanya. Cukup buat amunisi sebulan ke depan. hehehe.... Love you so much...

Keterangan gambar, beragam buah tangan tanda sayang dari Bogor:

Kiri atas: Beberapa bulan lalu aku dikirimi asinan. No, ini bukan asinan kedung dalam. Aku tak tahu my sister beli dimana, yang jelas amat istimewa, karena dilengkapi dengan oncom bakar dan secuil jambal (gabus asin). Pangkal bawang mudanya juga kriuk-kriuk bau langu tapi menambah selera.

Kanan atas: Lapis Bogor berwarna ungu kuning, mengandung campuran telo ungu dan bertabur keju serut. Kemasannya memantulkan kombinasi warna yang sama.

Kanan bawah: Tapi ketan hijau dipulung seperti kelereng oversized, ini khas Banjarmasin. Dibeli Dina di warung Soto Banjar Khatulistiwa di jalan Pajajaran, Bogor. Rasa dan aromanya berbeda dengan yang dari Kuningan dan dijual dalam stoples kecil, bukan dibungkus daun jambu.

Kiri bawah: Ikan mas balita goreng renyah, bertrade mark "Ikan Danau Goreng". Bogor adalah bagian dari tanah Priangan, dan saung makan di daerah ini kondang banget dengan ikan mas, baik yang balita, remaja, kanula (ikan usia lanjut).

Jakarta, 11 April 2013 —  

No comments:

Post a Comment